Desember 09, 2020

GOWES PILKADA DISELIMUTI DUKA

Personil Radar Cirebon kembali bergowes ria. Kali ini menu tambahan selain gowes wajib saban Sabtu. Yah, asal gowes mumpung libur nasional pilkada serempat, 9 Desember 2020. Sayangnya momennya sempat diselimuti kabar duka.

Catatan :
DENY ROCHMAN
Biker Musiman Masa Pandemi

Tak banyak yang hadir dalam acara Asal Gowes crew Radar Cirebon Rabu pagi. Kendati 9 Desember 2020 merupakan hari libur nasional. Bertepatan pelaksanaan pilkada serentak nasional. Di wilayah III Cirebon, hanya Kab. Indramayu yang punya hajat pesta demokrasi. Diikuti oleh kontestan empat pasangan calon bupati. 
Hingga pukul 07.00 peserta gowes masih terbatas. Padahal kali ini dihadiri bos besar Radar Cirebon, Pak Yanto S Utomo. Mungkin karena diluar jadwal gowes Sabtuan. Bisa jadi karena schedulenya mendadak semalam sebelumnya disepakati. Sehingga banyak yang sudah memiliki jadwal sendiri-sendiri. Termasuk dua personil Apendi dan Joharudin, yang juga ikut monev pelaksanaan pilkada Indramayu. Kendati Apendi komisioner KPU Kab. Cirebon dan M. Joharudin ketua Bawaslu Kota Cirebon.
Dengan personil terbatas, perjalanan gowes dimulai. Rute mulai ditetapkan. Menuju jalan Ciperna Gronggong, kemudian berbelok ke arah Desa Sampiran Kec. Talun Kab. Cirebon. Mereka yang ikut berkeringat adalah Bos besar Pak Yanto, Direktur Radar Mas Syahbana, Direktur RCTV Bang Malik dan Mas Imam, Bos percetakan Om Mamad, Bos Racer Mas Iing dan Om Ugi, Kang Azis, dan tentu saja saya sebagai tamu. 
Tak terlalu jauh rute ditempuh. Sekitar 15 Km dari kantor Radar Cirebon di Jalan Perjuangan. Namun medan yang menanjak, khususnya mulai masuk jalan Ciperna, bikin para bikers extra tenaga. Malah ada juga cukup kerepotan ketika jalanan kian menanjak di daerah Geronggong. Sehingga rombongan tercecer terpisah di jalanan. Mereka kembali terhimpun setelah rest sejenak di pintu masuk kafe Sahara. 
Jalanan mulai turun ternyata tak membuat nyaman semua personil. Satu diantaranya dirasakan oleh saya. Jalanan menurun tajam, berkelok dan berpasir. Kehati-hatian terus terjaga. Laju sepeda tetap terkendali. Walau sudah terkontrol, tetap saja laju sepeda bunglon saya harus salah rute saat menurun. Ini memilih keamanan, menghindari insiden. Jarak berdekatan membuat laju sepeda jalan menurun berpasir penuh resiko. 
Saya mencoba untuk mengendalikan laju sepeda. Pengereman secara bergantian kanan kiri sesuai teori. Namun laju ban sempat selip. Memilih dilepas rem berpotensi menabrak personil lain di depannya. Saya memilih banting stir ke jalan rute lain, menghindari kecelakaan tunggal atau pun bersama.
Selepas turunan tajam, rombongan rest sejenak di kedai nuansa tradisional daerah Talun. Mencicipi hidangan klasik warisan nenek moyang. Disela obrolan santai, tersiar kabar duka. Salah satu bos koran group Jawa Pos wafat. Bapak H Suparno Wonokromo diusia 60 tahun karena sakit keras. Bos koran Sumatra Ekspres itu dimakamkan di Kab. Ngawi Jawa Timur. Innalillahi wainnailahi rojiuun. 
Perjalanan gowes akhirnya berakhir di rumah masing-masing. Selepas istirahat, personil mengayuh sepeda gunungnya berpencar sesuai arah rumahnya. Beberapa tetap kembali ke kantor Radar Cirebon. (*)

Desember 08, 2020

KISAH AKHIR LAJANG ANAK JENDERAL

Apa yang terjadi jika anak jenderal polisi menikah di Kota Cirebon. Tentu berbeda, pernikahan keluarga polisi dengan warga sipil. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini. Selain aman, juga nyaman dan selamat.

***
Catatan :
DENY ROCHMAN
Kader Tapak Suci Cirebon

Ada sebuah pesan whatsapp masuk. Saat saya perjalanan kondangan ke pernikahan puteri pendekar Tapak Suci Pak Empi di Kuningan, Rabu (2/12). "Aslmkm. dimohon hadir pada rapat persiapan pernikahan putri pak ahmad dahlan, kamis, 3 des 2020 pkl. 10.00 wib tempat di masjid darussalam smam kedawung. trims. wslmkm."
DR H Ahmad Dahlan Zen, M.Ag adalah ketua Muhammadiyah Kab. Cirebon dua periode. Ia juga sebagai Rektor Insitut Agama Islam Cirebon (IAIC) memasuki periode kedua. Puteri Pak Lalan, demikian beliau akrab dipanggil yang bernama Haura Pranhadijah Rizkahaj, S.I.Kom akan dipersunting anak jenderal bintang dua. Ia bernama Bagus Rahmat Hidayat, SM. Putera dari Irjen Pol DR H Agung Makbul, SH.,  MH.
Agung Makbul adalah jenderal yang ditugaskan oleh Kapolri menjadi staf ahli Kemenko Polhukam. Sebuah kementerian yang dikomandani oleh Prof DR H Mahmud MD. Polisi yang banyak bertugas di bagian hukum ini dikenal sebagai akademisi (dosen) humoris di Universitas Jayabaya. Orang tua Bagus ini adalah kelahiran Cirebon.  
Pernikahan Haura dan Bagus boleh dibilang pernikahan akbar, kendati di masa pandemi covid-19. Selain bertempat di sebuah hotel berbintang, Hotel Prima, hajat seumur hidup ini melibatkan panitia besar. Panitia gabungan terdiri dari pengamanan internal kepolisian, dari wedding organizer, organisasi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.  Unsur NU mewakili dari isteri Pak Lalan, yang merupakan tokoh fatayat.
Dari kalangan Muhammadiyah, mengerahkan semua unsur pengurus. Mulai pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah hingga ortom. Untuk pengamanan, Muhammadiyah mengerahkan Korps Kasegu Beladiri Tapak Suci dan pasukan Kokam Pemuda Muhammadiyah. Sayangnya, karena masih suasana pandemi tamu undangan hanya dibatasi 300 orang.
Prosesi pernikahan dilakukan oleh KUA Kec. Depok Kab. Cirebon. Sebagai petugas akad nikah melibatkan tokoh-tokoh besar Cirebon. Petugas penjemputan mempelai pria adalah Drs H Kosasih Wijaya M.Pd.I. Beliau adalah mantan Ketua Muhammadiyah Kota Cirebon. Petugas penyerahan mempelai laki-laki adalah lawyer beken Cirebon Panji Amiarsa, SH., MH. Komisaris salah satu BUMD Kota Cirebon. 
Petugas penerimaan dari mempelai perempuan adalah Satori, M.Pd.I, anggota DPR RI fraksi Nasdem. Khotbah nikah oleh DR H Mukhlisin, mantan Rektor STAIC yang kini pimpinan yayasan Islamic Center. Yang super lagi adalah petugas doa disampaikan oleh tiga orang sekaligus. Yaitu mantan ketua MUI KH Huzer, kyai pondok Pesantren Buntet DR KH Wawan Arwani, dan KH Azis. Dengan qori ustadz Didin, M.Farm, dosen dan pengurus Muhammadiyah Kab. Cirebon.
Pelaksanaan akad nikah berlangsung pukul 09.00. Berada di ruangan besar, dipenuhi dengan ornamen dan aksesoris wedding yang mewah. Akad nikah dihadiri ratusan orang berjalan dengan khidmat. Kedua mempelai mengenakan pakaian putih menambah kesakralan acara. Mempelai yang tiba di teras hotel, disambut tarian Rama Shinta dan kalungan bunga oleh DR Hj Ijah Bahijah, MA, ibu mempelai perempuan kepada ibu Hj Narminda, ibu Bagus.
Dalam prosesi akad, Haura mengaku baru kenal belum lama dengan Bagus. Namun ia yakin calon suaminya itu kelak akan menjadi imam yang baik. Gadis yang biasa disapa Rara itu meminta restu kepada ayahnya, Ahmad Dahlan untuk dinikahkan dengan pria idamannya. Sebagai ayah, Pak Lalan terlihat terharu merestui perikahan puterinya. Usai akad nikah keharuan berlanjut saat acara sungkeman. 
Suasana mulai mencair saat memasuki resepsi penikahan. Pengantin disambut di atas karpet merah bak raja dan ratu. Para undangan dengan mentaati protokol kesehatan menyambutnya dengan penuh suka cita. Tarian dan nyanyian menyemarakan hajat besar pernikahan putera jenderal tersebut. Rara dan Bagus terus menebar senyum, petanda pernikahan mereka bahagia. Selamat ! Semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah, warohmah. Aamiin (*)
.

Desember 07, 2020

MENGENAL WISATA RELIGI GERABAH TERTUA

Asal Gowes Radar Cirebon akhir pekan ini (Sabtu, 5 Desember 2020) sedikit berbeda. Selain medan rutenya berbeda, hunting informasi yang digali juga berbeda. Maklum, obyek gowes kali ini kandungan datanya lebih kaya dan beragam.

***
Desa Sitiwinangun menjadi obyek asal gowes Radar Cirebon kali ini. Pilihan desa 15 km ke arah Barat dari pusat Kota Cirebon ini menyimpan banyak cerita. Baik cerita historis perkembangan Islam di tanah Cirebon, maupun potensi wisatanya. Paling tidak ada dua potensi wisata yang dikembangkan. Yaitu wisata religi dan wisata gerabah. 
Rombongan gowes Radar Cirebon mulai mengaspal dari markas besarnya di Jalan Perjuangan. Untuk pertama kalinya, gowes kali ini diikuti ketua Bawaslu Kota Cirebon M. Joharudin. Menelusuri jalan Pemuda Kesambi, melintasi pusat bisnis Jalan Cipto lalu tembus ke Jalan Wahidin dan Krucuk. Perjalanan terus berlanjut melewati Klayan, Kalisapu, Celangcang dan Desa Sambeng Kec. Gunungjati Kab. Cirebon. Di desa terakhir ini, tim tour rehat sejenak di warung minum. 
Transit sejenak di warung rakyat ini untuk menghidupi mereka penggerak usaha menengah kecil dan mikro. Sebuah pesan khusus bos besar Radar Cirebon Group Yanto S Utomo. Misi utamanya agar kelangsungan pedagang kecil tetap berlanjut di masa pandemi ini. Di warung ini, menu wajib teh tubruk selain air mineral dan jajanan pasar.
Melanjutkan perjalanan, rombongan tak lama singgah di Desa Sitiwinangun. Sebuah desa pertanian dengan luas wilayah sekitar 65 hektar. Memasuki gerbang balai desa ini terlihat dua patung besar menghiasi gapura. Patung pengrajin yang tengah melakukan proses pembuatan tembikar. Di depan dan samping balai desa terdapat masjid dan sekolah.
Kuwu Sitiwinangun Ratija Bratamanggala menyambut rombongan datang pukul 09.00 di balai desanya. Seluruh personil duduk rapih seperti rapat kabinet. Pak kuwu yang juga dikenal kader Muhammadiyah ini diawal menyampaikan ucapan selamat datang dan perkenalannya. Kemudian menjelaskan selayang pandang desa kelahirannya.
Desa Sitiwinangun adalah desa bersejarah yang dibangun pada abad 15 oleh Mbah Buyut Kebagusan. Kisah ceritanya menyatu dengan penyebaran agama Islam di tanah Caruban. Cukup banyak bukti sejarah jika salah satu desa di Kab Cirebon ini adalah desa bersejarah. Bahkan konon sungai desa ini pernah disinggahi oleh Laksamana Chengho dari negeri China. Konon dulu, sungai ini bermuara ke Pelabuhan Muarajati Cirebon.
"Di desa ini terdapat naskah Al Qur'an kuno. Terdapat masjid kramat dengan pilar bulat 4 buah, atap dan momolo bersusun 3. Gaya arsitektur kuno yang banyak dijumpai bangunan cagar budaya Islam. Di sini juga ada makam 3 pintu, tradisi muazin 4 orang," tutur kuwu menjelaskan secara runtut dan rinci.
Peninggalan sejarah itu menjadi keunggulan Desa Sitiwinangun. Selain wisata religi, peninggalan lainnya yang tak kalah kerennya adalah kerajinan gerabah. Kerajinan warisan leluruh dari turun temurun. Kerajinan yang memproduksi banyak ragam bentuk, fungsi dan corak gerabah. Dikerjakan secara manual dan modern.
Menurut Ratija, kerajinan gerabahnya salah satu yang tertua di Jawa Barat. Produk gerabah desanya berkualitas the best. Baik dari aspek historis, materialnya, ukiran hingga bentuknya. Ada empat bentuk gerabah yaitu gerabah perabotan rumah tangga, untuk upacara keagamaan, benda seni dan natural. 
Acara gowes ditutup dengan kunjungan ke galley gerabah dan tempat produksi di sejumlah titik. Rombongan menyempatkan diri ke masjid kramat di desa itu. Di desa ini juga dijumpai juga beberapa home industri kerajinan karet dari ban bekas (bandol). Produksi gerabah banyak dipasarkan di dalam negeri. Untuk kebutuhan ekspor masih terkendala packing. (*)