Apakah anda kader Muhammadiyah? Jika iya, bersiaplah mendapat amanah untuk memimpin Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Tetapi jika anda bukan kader maka anda tidak punya hak menjadi pemimpin sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit dan lainnya yang menjadi amal usaha persyarikatan. Syarat menjadi kader satu diantaranya adalah mengikuti kegiatan pengkaderan yang diadakan oleh Muhammadiyah.
"Baitul Aqrom dan Darul Aqrom adalah pengkaderan utama dalam kaderisasi Muhammadiyah. Mereka yang bukan kader tidak punya hak memimpin amal usaha. Jika yang memimpin seorang kader maka AUM akan berjalan sesuai tujuan Muhammadiyah," tutur Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat Karjani Akbar SH, Jumat (3/11).
Pernyataan Ketua MPK wilayah itu disampaikan di depan 50 peserta Baitul Arqom MPK Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Cirebon di kampus Akper Muhammadiyah Cirebon. Kegiatan kaderisasi menurut ketua MPK PDM Drs Dedi Suyono Ahmad hanya diikuti 50 orang dari 100 orang yang diundang. Mereka adalah perwakilan dari unsur majelis, AUM, ortom dan cabang dilingkungan PDM kab. Cirebon.
Dalam sambutannya Akbar menegaskan, kaderisasi itu berawal dari komitmen. Komitmen itu dari awal kegiatan Baitul Arqom secara kontekstual terdapat dalam lagu Mars Muhammadiyah "Sang Surya". Lagu ciptaan H. Djarnawi mengandung dasar-dasar komitmen sebagai seorang kader. Komitmen dan keikhlasan terhadap Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Nabi, Islam sebagai agama dan Muhammadiyah sebagai gerakan.
"Di awal acara tadi ada pembacaan ayat suci Al Quran (surat Ali Imran). Cukup jelas komitmen kita sebagai kader organisasi Islam dilarang mati selain dalam keadaan Islam. Kita pun diperintahkan untuk berdakwah secara berkelompok. Dalam lagu Sang Surya pun yang dibawakan paduan suara tadi itu juga mengandung nilai dasar komitmen. Itu lagu bukann sekadar lagu seremonial saat acara. Semua dalam lagu itu ada materi pengkaderan," tegasnya penuh semangat.
Menurut Akbar, ada dua persoalan dalam tubuh Muhammadiyah. Pertama, banyaknya amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah tidak berbanding lurus dengan jumlah kader persyarikatan yang dihasilkan. Kedua, militansi kader Muhammadiyah yang dianggap kurang greget. Jumlah kader yang ada tidak memiliki pengaruh yang signifikan dengan kualitas bermuhammadiyah.
"Muhammadiyah itu memiliki 10 ribu lebih sekolah. Perguruan tinggi ada 170 buah. Masjid dan mushola sekitar 10 ribu. Adakah banyaknya AUM itu melahirkan kader yg diharapkan Muhammadiyah? Jawabannya masih tak sesuai harapan. Maka jangan kaget jika pimpinan bahkan staf di AUM bukam dari Muhammadiyah? Mari kita tanya, apakah petinggi Universitas Muhammadiyah itu adalah orang-orang Muhammadiyah?," tegasnya.
Banyaknya orang di luar Muhammadiyah berada di AUM itu membuktikan bahwa kaderisasi belum berhasil. Maka pihaknya berharap agar para peserta pengkaderan Baitul Arqom kelak tampil sebagai kader militan. Dengan militansi tersebut jumlah peserta yang 50 orang hasil akhirnya bisa berlipat menjadi 100 orang. Kok bisa? Yah, satu orang kader militan akan bisa membawa keluarga dan orang-orang sekitarnya menjadi kader Muhammadiyah.
"Sekalipun jumlah peserta kegiatan pengkaderan ini hanya 50 orang, namun jumlah itu akan berlipat lipat bisa sampai 150 orang. Anak, istri, saudara, mertua bisa ikut Muhammadiyah. Asalkan kaderisasi ini melahirkan kader-kader militan," ungkapnya sambil berharap agar kader Muhammadiyah tanpa lelah meningkatkan terus kompetensi kualitas dirinya, satu diantaranya misalnya kuliah S3 dan lainnya sesuai kebutuhan Muhammadiyah. (PaDE)