Mei 31, 2017

GURU JANGAN MAU DIBAYAR MURAH

Dirjen GTK menyampaikan sambutan dalam pembukaan bintek
Cung siapa guru yang masih dibayar murah? Jika masih ada, bersiaplah untuk menundurkan diri menjadi guru jika anda mau dihormati kompetensinya sebagai guru. Di banyak negara maju keberadaan guru memiliki daya tawar yang tinggi.Karena tugas guru lebih berat daripada seorang dokter. Itu pun jika guru tersebut merasa sebagai guru profesional.

“Jika ada guru yang mau dibayar 50 ribu atau 200 ribu perbulan jangan mau, ya pilih keluar saja jangan jadi guru. Biar kompetensi guru dihormati. Kalau alasannya karena mengabdi, ya ga usah dibayar. Namanya juga kan pengabdian,” tutur Dirjen GTK yang biasa akrab disapa Pranata ini di depan 102 guru-guru SD dan SMP Peserta Bimbingan Teknis Perlindungan Profesi Guru di Hotel The Mirah Kota Bogor, Rabu (31/5).

Dalam acara pembukaan Bintek tahap kedua tersebut hadir Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Dra Poppy Dewi Puspitawati, MA dan Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan Dikdasmen Dra Garti Sri Utami, M.Ed, serta Kasubit Kesharlindung Drs A. Hendra Sudjana. Dalam kesempatan itu hadir juga 60 juri lomba Inovasi Pembelajaran (Inobel) yang bekerja secara terpisah namun di hotel yang sama melakukan seleksi naskah lomba 800 guru-guru se- Indonesia peserta lomba.

Menurut Dirjen, mundurnya guru bergaji kecil tersebut sebagai bentuk sikap mereka demi kehormatan profesionalisme guru. Ini karena kerja guru lebih berat daripada seorang dokter sekalipun. Jika dokter salah suntik efeknya hanya kepada satu orang pasien tersebut. Tetapi apabila guru salah mengajar, maka tidak hanya satu siswa atau satu kelas yang kena dampaknya tetapi juga bisa keluarganya bahkan satu sekolah.

“Kalau guru mau dihormati dia harus profesional. Tapi jika dia cuma ngajar sebentar dalam seminggu ya wajar kalau dibayar murah. Karena penghargaan itu diberikan kepada mereka yang memiliki prestasi. Seperti karena prestasinya, apakah karena kompetensinya, inovasinya atau otaknya cemerlang,” tutur pria berdarah sunda yang hari itu terlihat kurang sehat.
Ditambahkannya, penghargaan guru juga diberikan kepada mereka yang memiliki dedikasi di daerah-daerah khusus atau gurdasus. Guru jenis ini tidak terlalu berpaku pada prestasi akademik. Pengabdiannya di daerah khusus tersebut sudah sebuah prestasi. Termasuk guru-guru  pada pelayanan khusus anak-anak berkebutuhan khusus juga layak mendapat penghargaan karena tidak semua guru bisa melakukan itu.

Petinggi kemdikbud yang biasanya humoris ini membandingkan pengalamannya ketika ia menyelesaikan studinya di Australia. Di negara kanguru tersebut menurutnya, profesi guru memiliki bargaining power sehingga sangat disegani masyarakat. Jika guru-guru disana dua hari saja mogok mengajar para orang tua cemas dengan pendidikan anak-anaknya.

“Beda dengan guru Indonesia, jika guru-guru demo malah seneng karena sekolah libur. Makanya untuk meningkatkan kompetensi guru pemerintah terus menaikan  nilai rata-rata UKG agar guru profesional hingga 80. Orangtua kan ikut bangga jika anaknya diajar oleh guru-guru berkualitas dengan nilai delapan,” tuturnya yang mengaku tidak mau berlama-lama sambutan khawatir peserta telat waktu berbuka puasa. (pade)