Mei 27, 2017

FANTASTIS... 10 BULAN BACA 94 BUKU

Annisa (depan) dan Hana sebagai pembaca terbanyak buku. .
Jika anda orang dewasa, berapa buku yang bisa dibaca dalam waktu 10 bulan? Nah ratusan siswa literasi dalam waktu yang sama sedikitnya mampu menyesaikan membaca 24 buku. Bahkan ada satu siswa yang bisa mencapai 94 buku non mata pelajaran yang ia baca. Itu pun harus mereka review dalam tiga bentuk media dan mempresentasikan di dalam kelompoknya masing-ma
sing. Siswa SD dan SMP tersebut adalah peserta program gerakan literasi Cirebon Leader’s Reading Challenge (CLRC).

Setiap bulannya siswa harus membaca dan mereview rata-rata tiga buku. Tiga buku per bulan dalam waktu 10 bulan harus direview dalam bentuk tiga media yaitu ishikawah fishbone, AIH dan Y chart, serta tambahannya pilihan media dalam bentuk diagram. Hasil review siswa dalam perkeompok tersebut disetorkan kepada guru pendamping lalu dilaporkan kepada tim literasi kota Cirebon.

“Inilah anak-anak kita yang ada dihadapan kita ini yang telah mampu menjawab tantangan membaca minimal 24 buku dalam 10 bulan. Dan ternyata diluar dugaan, mereka membaca buku melebihi dari target. Yang lebih the best lagi ada siswa yang bisa mencapai 94 buku dalam membaca  atas nama Anissa Saninah dari SMP Negeri 2 Kota Cirebon. Untuk SD ada yang bisa 60 judul buku dari SD Sabilul Huda Hana Rihadatul Aisy,” tutur ketua Literasi Kota Cirebon Lilik Agus Darmawan, S.Pd., MM.

Dalam sambutannya di acara Anugerah Literasi 2017 di Keraton Kacirebonan Lilik yang juga Kepala SMP Negeri 6 Kota Cirebon ini tak henti-hentinya memuji prestasi siswa CLRC tersebut. Pria asal Klaten ini semua siswa literasi te
rsebut adalah siswa-siswa luar biasa yang aktif dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program literasi merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah dengan membaca buku non pelajaran sebelum belajar dan dalam kegiatan pengembangan diri.

“Itu semua dalam rangka persiapan generasi abad 21 menuju generasi Indonesia emas tahun 2045. Tantanganya memang berat, tetapi harus disiapkan dari sekarang generasi emas dan berkarakter tersebut. Salah satunya dengan gerakan literasi. Ini yang kami jawab melalui komunitas literasi CLRC Kota Cirebon,” tandasnya sambil menambahkan  jika CLRC adalah program adopsi dari WJLRC (West Java Leader’s Reading Challenge) Propinsi Jawa barat.  

Diakuinya untuk mencetak generasi cerdas dan berkarakter tidak mudah. Terlebih beban kerja guru secara administratif kian bertambah. Namun sebagai pendidik harus mau dan mampu menjawab tantangan abad 21. Pemerintah sudah berpesan agar guru bisa menciptakan generasi cerdas berkarakter. GLS awalnya sebagai pembiasaan dan akhirnya menjadi budaya. Harapannya generasi Indonesia akan siap sebagai generasi Indonesia emas tahun 2045.

“Anak-anakku luar biasa. Kalian yang akan menjadi pemimpin bangsa ini. Untuk itu siapkan diri kalian untuk terus membaca lebih banyak lagi buku. Tentunya literasi tidak saja membaca buku, tetapi lainnya termasuk literasi budaya dalam kesempatan ini CLRC bekerjasama dengan pihak keraton Kecirebonan dengan menghargai budaya lokal,” papar kepala sekolah yang energik ini di depan undangan, kepala sekolah, guru dan ratusan siswa yang duduk lesehan di Keraton Kacirebonan. (pade)