Annisa (depan) dan Hana sebagai pembaca terbanyak buku. . |
Jika anda orang dewasa, berapa buku yang bisa dibaca dalam
waktu 10 bulan? Nah ratusan siswa literasi dalam waktu yang sama sedikitnya
mampu menyesaikan membaca 24 buku. Bahkan ada satu siswa yang bisa mencapai 94
buku non mata pelajaran yang ia baca. Itu pun harus mereka review dalam tiga
bentuk media dan mempresentasikan di dalam kelompoknya masing-ma
sing. Siswa SD
dan SMP tersebut adalah peserta program gerakan literasi Cirebon Leader’s Reading
Challenge (CLRC).
Setiap bulannya siswa harus membaca dan mereview rata-rata
tiga buku. Tiga buku per bulan dalam waktu 10 bulan harus direview dalam bentuk
tiga media yaitu ishikawah fishbone, AIH dan Y chart, serta tambahannya pilihan
media dalam bentuk diagram. Hasil review siswa dalam perkeompok tersebut disetorkan
kepada guru pendamping lalu dilaporkan kepada tim literasi kota Cirebon.
“Inilah anak-anak kita yang ada dihadapan kita ini yang
telah mampu menjawab tantangan membaca minimal 24 buku dalam 10 bulan. Dan ternyata
diluar dugaan, mereka membaca buku melebihi dari target. Yang lebih the best lagi ada siswa yang bisa
mencapai 94 buku dalam membaca atas nama
Anissa Saninah dari SMP Negeri 2 Kota Cirebon. Untuk SD ada yang bisa 60 judul
buku dari SD Sabilul Huda Hana Rihadatul Aisy,” tutur ketua Literasi Kota
Cirebon Lilik Agus Darmawan, S.Pd., MM.
Dalam sambutannya di acara Anugerah Literasi 2017 di Keraton
Kacirebonan Lilik yang juga Kepala SMP Negeri 6 Kota Cirebon ini tak
henti-hentinya memuji prestasi siswa CLRC tersebut. Pria asal Klaten ini semua
siswa literasi te
rsebut adalah siswa-siswa luar biasa yang aktif dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program literasi merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah dengan membaca buku non pelajaran sebelum belajar dan dalam kegiatan pengembangan diri.
rsebut adalah siswa-siswa luar biasa yang aktif dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Program literasi merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah dengan membaca buku non pelajaran sebelum belajar dan dalam kegiatan pengembangan diri.
“Itu semua dalam rangka persiapan generasi abad 21 menuju
generasi Indonesia emas tahun 2045. Tantanganya memang berat, tetapi harus disiapkan
dari sekarang generasi emas dan berkarakter tersebut. Salah satunya dengan gerakan
literasi. Ini yang kami jawab melalui komunitas literasi CLRC Kota Cirebon,” tandasnya sambil
menambahkan jika CLRC adalah program adopsi
dari WJLRC (West Java Leader’s Reading Challenge) Propinsi Jawa barat.
Diakuinya
untuk mencetak generasi cerdas dan berkarakter tidak mudah. Terlebih beban
kerja guru secara administratif kian bertambah. Namun sebagai pendidik harus
mau dan mampu menjawab tantangan abad 21. Pemerintah sudah berpesan agar guru
bisa menciptakan generasi cerdas berkarakter. GLS awalnya sebagai pembiasaan dan
akhirnya menjadi budaya. Harapannya generasi Indonesia akan siap sebagai generasi
Indonesia emas tahun 2045.
“Anak-anakku luar biasa. Kalian
yang akan menjadi pemimpin bangsa ini. Untuk itu siapkan diri kalian untuk
terus membaca lebih banyak lagi buku. Tentunya literasi tidak saja membaca
buku, tetapi lainnya termasuk literasi budaya dalam kesempatan ini CLRC
bekerjasama dengan pihak keraton Kecirebonan dengan menghargai budaya lokal,”
papar kepala sekolah yang energik ini di depan undangan, kepala sekolah, guru
dan ratusan siswa yang duduk lesehan di Keraton Kacirebonan. (pade)