April 18, 2017

KEBANGKITAN LITERASI GURU

Guru-guru Indonesia tengah mengidap sakaw literasi. Insan cendikia ini lagi semangat mengembangkan kemampuan literasinya. Di Jawa Barat, ratusan guru sedang getol menulis buku karyanya. Karya dalam program Satu Guru Satu Buku (SaguSabu) tersebut akan dipamerkan dalam momentum Hari Kebangkitan Nasional di Jakarta. Tanggal 20 Mei 2017 akan menjadi Hari Kebangkitan Literasi guru-guru Indonesia.

Dalam mencapai mimpi besar tersebut, sekitar 150 guru-guru Jabar lintas kota dan kabupaten berkumpul di Dinas Pendidikan Jawa Barat di Bandung, Jumat 14 April 2017. Pada awal tahun yang sama, dalam jumlah tak berbeda guru-guru Jabar mengikuti pelatihan serupa, Guru Menulis Buku di SMP Al Azhar Syifa Budi Parahiyangan Bandung. Semangat guru-guru Jabar dibakar, diprovokasi dan diarahkan oleh tim Pustaka Media Guru, Bapak M. Ihsan dan Bapak Eko Prasetyo.

Potensi guru-guru membuncah tak terbendung. Satu demi satu buku karya guru terlahir. Sebuah karya kolosal untuk menjawab keraguan sejumlah pihak jika guru tak mampu berkarya dalam buku. Ini menjadi preseden bagus dalam pertumbuhan budaya literasi di Jawa Barat bahkan Indonesia. Menghentikan ratapan atas prestasi pilu minat baca dan budaya literasi anak bangsa oleh sejumlah lembaga survai dunia.

Manuver kebijakan dalam mendongkrak kualitas literasi bangsa mulai dilakukan oleh Pemerintah Jawa Barat. Melalui Dinas Pendidikan Jawa Barat, Kepala Dinas kala itu DR H Asep Hilman M.Pd mengundang ratusan sekolah SD dan SMP di Jawa Barat. Kepala sekolah, guru hingga pengawas dikader dalam workshop tiga hari secara bergelombang sebagai sekolah rintisan literasi. Road show workshop pun dilakukan di enam kota dan kabupaten.

Guru-guru akan mengalami sakaw literasi, ujar Asep Hilman dalam berbagai kesempatan workshop di depan guru-guru Jabar. Sebuah istilah yang menggambarkan satu kondisi kecanduan guru-guru terhadap budaya literasi. Yah upaya mencandukan guru terhadap literasi merupakan terobosan jitu. Tanpa itu usaha untuk mendongkrak melek literasi di kalangan siswa akan sia-sia. Satu harapan besar dari Pemerintah pusat terbentuknya karakter siswa melalui kegiatan literasi.

Program Satu Guru Satu Buku adalah satu dari banyak cara untuk menumbuhkan budaya literasi guru. Satu habit yang harus menjadi pilihan hidup bagi guru jika ingin tetap menyandang sebagai guru profesional. Cara lainnya adalah jangan pernah bosan menulis, baik di media sosial, di koran, jurnal maupun melakukan penelitian (PTK). Dengan terus menulis, maka guru akan terus membaca.
Jika intellectual habit terus dipelihara dan tingkatkan, maka tidak sulit guru-guru Jawa Barat dan Indonesia akan melahirkan banyak buku. Pada gilirannya nanti bangsa ini akan mengejar ketertinggalan peringkat kualitas pendidikan tingkat dunia. Tidak lagi berlari marathon tetapi akan berlari sprin. Wus wus wus...

Semangat membara guru-guru Jabar untuk menulis buku diapresiasi oleh Kepala Disdik Jabar Ahmad Hadadi, melalui Kepala Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Drs Asep Suhanggan, M.MP Dinas Pendidikan Jawa Barat. Sebagai wujud komitmen lembaganya, program literasi di Jawa Barat menjadi program primadona lembaganya.

Menurutnya, guru merupakan agent of change yang sangat penting dalam memperbaiki bangsa Indonesia. Dalam sambutannya di depan guru-guru pelatihan menulis buku, Asep berpandangan bahwa pendidikan merupakan katalisator sebuah bangsa. Bicara bangsa adalah bicara budaya, bicara budaya bicara karakter. Pembentukan karakter dalam pendidikan berada di sekolah. Sekolah sering disebut sebagai miniatur sebuah bangsa.

"Guru kumpul di sini dalam rangka mendorong perubahan lebih baik di indonesia. Dengan menulis kita akan lebih berampati. Seorang menulis itu cerdas, cerdas interpersonal, empati dan cerdas simpati. Banyak kebaikan dalam hal menulis. Jika bicara, akal yang muncul. Kalau menulis perasaan yang muncul. Usul saya tugas tambahan guru ya menulis, membaca dan meneliti," ungkap Asep Suhanggan di depan guru-guru.

Pernyataan kepala balai tersebut memang sangat faktual. Sekalipun jumlah guru seperti itu sangat sedikit. Guru-guru era sertifikasi lebih banyak memilih bekerja menggugurkan kewajiban mengakar minimal 24 jam. Selebihnya sangat jarang memperkaya diri dengan wawasan keilmuannya sehingga bisa tampil sebagai guru literat, guru inspiratif, yang memotivasi siswa dididiknya.

Mewujudkan mimpi besar pendidikan Jawa Barat itu Pimpinan Pustaka Media Guru melakukan gebrakan. Guru harus mampu menulis, menulis buku. Jika gajah mati meninggalkan gading, maka guru mati meninggalkan buku. Jangan pernah mati dulu sebelum berkarya punya buku. Buku adalah keabadian bagi penulisnya. Yuk menulis....

*) Deny Rochman, adalah guru SMP Negeri 4 Kota Cirebon. 
Peserta pelatihan Guru Menulis Buku Disdik Jabar, 14 April 2017