Maret 22, 2023

ANTARA MUNGGAHAN DAN MAKAN-MAKAN

oleh:
DENY ROCHMAN
Lurah Kesepuhan

Fenomena tahunan kembali terjadi. Dipenghujung bulan Sya'ban tempat-tempat makan dan lokawisata banyak dipadati pengunjung. Di antara mereka ada yang menghabiskan waktu kebersamaanya cukup di kantor-kantor dan di rumah-rumah mereka.

Senin Selasa kemarin adalah dua hari efektif kerja. Banyak dimanfaatkan masyarakat dan pekerja kantoran untuk mengadakan acara munggahan puasa. Yah, pada Kamis 23 Maret 2023 ini umat Islam di Indonesia sudah memasuki bulan Ramadhan 1444 H.
Munggahan puasa memang bukan syariat Islam. Ia hanya tradisi yang biasa dilakukan masyarakat khususnya di Indonesia. Bahkan menurut catatan Wikipedia, munggahan adalah tradisi masyarakat Islam suku Sunda untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Munggahan berasal dari Bahasa Sunda, unggah.  Unggah yang berarti naik, yang bermakna naik ke bulan yang suci atau tinggi derajatnya. Tujuan tradisi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah, untuk membersihkan diri dari hal-hal yang buruk selama setahun ke sebelumnya dan agar terhindar dari perbuatan yang tidak baik selama menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Dalam acara unggahan, selain berkumpul dengan orang-orang terdekat, juga saling bermaaf-maafan. Acara biasanya diisi tausiyah dan atau makan-makan. Bermaaf-maafan merupakan hal yang diperintahkan agama, sesuai hadist shoheh. Bermaafan kepada orang tua (jika ada), antara suami isteri dan sesama orang-orang sekitar. 
Pada tahun ini, saya pun ikut serta acara unggahan puasa. Baik unggahan di acara kantor di Kelurahan Kesepuhan bersama rekan kerja dan mitra kerja LKK plus pada Selasa. Sehari sebelumnya dengan rekan-rekan kerja lintas kelurahan serta camat dan jajaran kec Kecamatan Lemahwungkuk.
Sehari sebelum berpuasa, giliran unggahan bersama keluarga kecil saya. Bersama ibunda, isteri dan tiga anak titipan Allah swt, mengadakan unggahan makan bersama di GCM. Sambil ngasuh anak bermain di arena Mall yang masih sepi efek diterpa covid-19.
Pada akhir pekan, keluarga kecil saya hadir acara munggahan puasa di Purwokerto Banyumas. Bersama keluarga besar Mbah Soedja di kediaman rumah mas Bowo, sokaraja. Sebelum makan-makan, kami dengan khidmat menggelar doa bersama (tahlil).
Tak hanya acara makan-makan dan saling memaafkan. Ratusan warga di lima RW Kel. Kesepuhan, menggelar pawai obor. Pawai dimeriahkan lampu lampion itu arak-arakan dengan bunyi-bunyian musik. Ada yang pake sound system di atas mobil, beca. Menggunakan genjring, bedug bahkan pasukan maching band. Mereka keliling di kawasan alun-alun Kesepuhan dan kampung-kampung sekitarnya. (*)