April 12, 2021

BANYAK GAYA PUASA MASA KINI


Tarawih maning, sahur maning, ngabuburit maning, buka puasa maning. Yah, per Selasa 13 April 2021 ini umat Islam mulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Tentu ini bukan yang pertama kali bagi mereka yang sudah usia remaja, dewasa apalagi manula. 

Kendati bukan yang pertama, namun apa yang berubah dari puasa sebelumnya. Apa yang berbeda cara proses berpuasanya. Ini sangat penting untuk direnungkan. Untuk dijawab. Apalagi bagi mereka yang sudah puluhan tahun berjumpa bulan Ramadhan.

Walau sama-sama berpuasa, mestinya puasa tiap tahun wajib berbeda. Sama-sama puasa, harusnya puasa masa anak-anak,  puasa anak remaja dengan orang dewasa dan orang tua berbeda. Mulai dari pola makan hingga pola ibadah. Kudu ada peningkatan kualitas. Kualitas untuk menjadi manusia bertakwa. Sesuai tujuan awal puasa sejak disyariatkan.

Bisakah sekarang kita meraih derajat takwa melalui puasa ? Bisa! Tapi harus melalui proses berdarah-darah. Perlu perjuangan keras. Perlu semangat baja. Karena berpuasa di era kekinian gampang-gampang susah. Malah akan banyak susahnya jika kita beridealisme dengan syariat Rosulullah.

Di era digital, tontonan, konten media banyak disuguhkan hal-hal bisa merusak amalan puasa. Baik tayangan televisi, radio apalagi media sosial internet. Film atau sinetron konon bertema Islami pun disisipi unsur ghibah, kebencian, dusta, sombong dan sikap tercela lainnya. Muatan tak berbeda banyak ditemui di postingan media sosial.

Di era kebebasan demokrasi, orang hidup di bulan Ramadhan makin semaunya. Maunya berpuasa ya monggo berpuasa. Maunya makan minum di jalanan, tempat terbuka itu dianggap HAM. Maunya nyalakan petasan saat tarawih, tengah malam. Atau aktifitas lain yang bikin berisik, gaduh masyarakat dianggap wajar.

Di masa pandemi covid-19, harap maklum jika banyak beribadah sendiri. Ngaji sendiri, sholat sendiri, juga buka puasa sendiri. Kemana-mana wajib jaga jarak, selalu menjaga kesucian tangan, pakai masker. Tak usah berkerumun dan berpergian jauh. Mudik pun dilarang. Silaturahmi dalam beribadah pun dibatasi.

Di era perdagangan bebas, puasa kita digoda dengan iklan-iklan penjualan. Baik iklan spanduk, baliho hingga iklan-iklan media sosial atau online. Sejak awal, suguhan iklan makanan hingga pakaian sudah gencar. Bahkan iklan menyambut lebaran walau puasa  baru mulai. Menu sahur dan berbuka puasa dipadati makanan dan minuman berlimpah. Yang tidak ada diada-adakan.

Pendeknya. Makin banyak kegiatan hal-hal yang menjauhkan kita untuk berdzikir. Untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil dan bertakbir. Cukup berat menjalani beragam ibadah secara khusyu di era digital, era pandemi, masa kebebasan demokrasi dan perdagangan bebas. Alhasil, berpuasa hanya dapat haus dan lapar. Hanya dapat pakaian baru dan THR, serta hidangan dan piknik hari raya. Apakah ini harapan baru berpuasa masa kini?  Tentu saja bukan! 

Puasa masa kini mininal kita bisa merasakan pola hidup sehat. Bisa berhemat anggaran pengeluaran bulanan. Tidak lupa dengan ilmu dan perintah agama. Bisa punya waktu luang mengingat Tuhan kita. Meningkatkan rasa empati dan solidaritas sosial kita antarsesama. Untuk meraih derajat takwa, biarkan Allah Swt yang menilainya.

Lahaula walakuata illabillah 

Kota Cirebon, 13 April 2021 l 04:00