Agustus 03, 2020

LAPANGAN BOLA BERSEJARAH


Lapangan bola Ampera. Lama tak menjamah tempat ini, sudah banyak berubah. Sore tadi, saya menyempatkan diri mampir. Kabarnya ada yang latihan buat turnamen besok Rabu 5 Agustus 2020 lusa. Walau tak ada, namun kaget melihat perubahan lapangan bola kenangan ini. 

Lapangan di Desa Lemahabang Kulon Kec. Lemahabang Kab. Cirebon ini sudah lama tak terdengar. Pernah ada isu lapangan ini akan dialihfungsikan. Konon jadi perumahan atau pesawahan lagi, seperti fungsi awal lapangan ini. 

Tak heran karena area tersebut sudah dibagun jalan aspal menghubungkan jalan utama Sindanglaut-Jepura ke perumahan penduduk daerah Tabet (pemakaman). Tapi sore itu pemandangannya berubah. Sungguh menggembirakan pemandangan yang saya lihat. 

Semoga tanding blok Cigaok Sabtu besok bisa lihat langsung dari dekat. Walau kabar kurang bagusnya, kakak saya Diding Sueb bermain memperkuat tim stanbur. Sementara adik saya, Dede Pe-eng bermain untuk Persak. Entahlah statusnya sebagai pemain apa?

Saya tak tahu persis kapan lapangan Ampera itu ada. Tapi sejak sekolah SD lapangan ini sudah ada. Jarene dibangun masa kuwu Temu, kepala desa pertama Lemahabang Kulon. Desa baru hasil pemekaran dengan Desa Lemahabang (wetan). 

Sejak SD sudah bermain bola di lapangan ini. Hingga SMP, SMA, masa kuliah bahkan sudah bekerja pernah bermain di Ampera. Memang tidak setiap sore. Karena sering juga bermain bola di alun-alun Kawedanan Sindanglaut. Ramai sekali setiap sore di alun-alun.

Pemuda yang main di alun-alun biasanya pemuda blok Pande, SD 1. Dari blok kamer dan blok Cigaok. Sementara blok Stanbur, tabet, lemahabang lor (pejagalan) memilih bermain bola di lapangan Ampera.

Lapangan Ampera sempat tak terurus. Satu masa, pemuda sekitar gandrung dengan sepak bola mini. Pelopornya pemuda blok Sawo, di lapangan kebon punya warga. Beberapa kali mengadakan turnamen 17-an.  Blok saya, cigaok selaku ambil bagian dalam event itu. Alhamdulillah tak ketinggalan sebagai juara.

Event serupa pernah diadakan di lapangan bola mini SD Haktong (depan Puskesmas Sindanglaut). Sayang tak lama turnamen digelar di lapangan ini. Lagi-lagi, blok Cigaok pernah menyabet juara pertama. Kambing Cup dan Ayam Cup. Masa itu pola permainan masih tarkam, tarung kampung. Bermain bola tanpa alas kaki, nyeker. Seru aja sih... 

Yah, dunia sepak bola adalah dunia saya. Maklumlah keluarga saya keluarga hobi sepak bola. Ayah saya (alm Iing Sanusin) adalah pemain dan pelatih sepak bola kampung. Kemampuannya nurun ke 8 anaknya. Kecuali 1 anak cewek si bontot. 

Dari 8 saudara cowok, yang paling fokus menggeluti dunia bola adalah kakak ke-3. Namanya Diding, biasa dipanggil akrab Sueb. Sama jejaknya dengan Ayah saya bekerja di pabrik gula. Yang bikin heran, kendati tak latihan khusus atau diklat, ga pernah lihat latihan fisik, tapi kok kalau main bagus dan pinter menggocek lawan, mengolah kulit bundar. Istimewa.

Cukup banyak pengalaman dan kesan selama mengikuti turnamen sepak bola. Walaupun kelasnnya masih antarkampung. Pernah beberapa kali main di lapangan Ampera dalam turnamen yang berbeda. Pernah memperkuat tim sekolah, tim blok sendiri, bahkan pernah bermain untuk tim blok timpas hingga juara pertama.

Sayangnya, berbagai event sepak bola kadang diwarnai aksi tak sportif. Bahkan sampai terjadi tawuran. Smoga saja perkembangan sepak bola lemahabang sekarang jauh lebih baik. Baik dari sisi kualitas permainannya maupun sportifitas mental pemain dan penontonnya. Apalagi sekarang yang bermain anak-anak muda milenial. Maju terus.... Se, ma, ngat. Semangat.... (*)