
Sejak tengah malam setelah kabar wafatnya “Sang Pencerah” wilayah timur Cirebon tersebut, anggota, simpatisan dan warga Muhammadiyah sudah berkumpul di kediaman ketua PCM tersebut di Desa Sindanglaut. Pagi hari, satu persatu rombongan pelayat taziah ke rumah duka, baik rombongan jamaah pengajian, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab Cirebon, sekolah-sekolah, partai hingga warga.
Sebelum pemakaman, seperti biasa jenazah disholatkan. Karena musholanya kecil, maka proses penyolatan berjalan bertahap, sesuai kedatangan pelayat. Setelah sanak famili datang dari Jakarta, jenazah siap diberangkatkan. Ketua PCM Herman Abdullah berpesan di depan pengantar, agar perempuan dilarang mengantar ke makam. Kepada pengunjung diminta untuk tidak duduk atau berdiri diatas makam sekitarnya karena haram. Selama membawa jenazah agara tidak ngobrol atau berdikir keras, cukup berdoa di dalam hati.
Semua pihak mengaku kehilangan sosok istri setia Bapak Herman Abdullah. “Ini jadi ujian berat bagi Pa Herman. Diusianya yang kian senja, suami istri biasanya sedang akrab-akrabnya. Semoga Pa Herman tetap tabah,” harap Pa Cheppy, ketua Majelis Wakaf PCM Lemahabang disela pemakaman. (*)